Langsung ke konten utama

KABOKI


LAPORAN COMPANY VISIT
“KABOKI”

Untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Business Creativity


 



Disusun Oleh :
 Tafia Layalia Leksana
(NIM 165020900111012)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017









KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Sistem Informasi Manajemen dengan judul “Laporan Company KABOKI”.
Kami memilih judul tersebut dengan maksud agar para pembaca, masyarakat umum serta mahasiswapada khususnya agar dapat memahami dan mengetahui tentang KABOKI.
Selanjutnya pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan terimakasih kepada :
  1. Dosen mata kuliah Business Creativity yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami sehingga terwujudnya makalah ini.
  2. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kami mohon ma’af serta mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya dengan iringan do’a yang tulus ikhlas semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.


Malang, 25 Mei 2017



Penyusun
















BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Sudah selayaknya bagi mahasiswa manajemen tidak hanya memahami  teori yang ada, namun juga ikut andil dalam meninjau lapangan yang sebenarnya. Oleh karena itu Universitas Brawijaya khususnya mahasiswa Jurusan Manajemen mengadakan kegiatan Company Visit. Diharapkan mahasiswa/mahasiswi mampu menerapkan ilmu yang diperolehnya dengan melakukan pengamatan atau percobaan.
Comapany Visit hanya sebatas melakukan observasi pada suatu industri tertentu. Melakukan pengamatan dan tanya jawab kepada narasumber secara langsung.
Kesempatan kali ini, kelas dan dosen sepakat mengadakan kegiatan Comapny Visit ke KABOKI  yang berada di Pasuruan- Jawa Timur.

B.    Rumusan Masalah
 Berdasarkan uraian daro latar belakang diatas, penulis dapat menemukan rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana profil dari KABOKI?
  2. Bagaimana sejarah dari KABOKI?
  3. Bagaimana proses produksi dari KABOKI?
  4. Apa saja strategi perusahaan dari KABOKI?
C.   Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembahasan makalah ini, yang berjudul “Laporan Company Visit KABOKI” berdasarkan rumusan masalah di atas antara lain
  1. Untuk mengetahui profil KABOKI.
  2. Untuk mengetahui sejarah dari KABOKI.
  3. Untuk mengetahui proses produksi dari KABOKI.
  4. Untuk mengetahui strategi perusahaan dari KABOKI.







BAB II
PEMBAHASAN

A.   Profil Perusahaan
Nama               : KABOKI
Lokasi             : Pasuruan
Situs Web        : http://www.kaboki.co.id
Produksi          : Berbagai jenis tas rajut


B.    Sejarah PT Sinar Sosro

·         Pasar Seni Kuta Bali , 1989

Ditempat dan tahun tersebut dimulailah mimpi dan cita-cita untuk menginternasionalkan kerajinan Indonesia mulai.
Pertemuan seorang pemuda Indonesia dengan pemuda asal Amerika kemudian menjadi cikal bakal dikenalnya produk rajut Indonesia di luar negeri.Diwujudkan dengan terbentuknya dua perusahaan yang saling bermitra, yaitu PT. Velesia selaku produsen berdomisili di Bali Indonesia dan Indonesian Import Inc./ The Sak selaku importir berdomisili di San Fransisco USA sebagai kantor pusat dan Bali sebagai representative office

·         Masa sebelum menginjak ke Tas Rajut

Tas berbahan dasar kulit populer saat itu. PT. Velesia mengkombinasikannya dengan bermacam kekayaan lokal Indonesia seperti agel, tikar rotan Kalimantan, songket Palembang, ulos Batak, pahikung Sumba dan tapis Lampung.
Selain melayani Indonesian Imports Inc. yang mengeluarkan merek Elliot Lucca untuk jenis produk ini, PT. Velesia juga bekerjasama dengan beberapa importir dan merek lain seperti Sunda Bay yang berbasis di California dan Philip Collection yang berbasis di Miami, USA.

·         Memasuki era tas rajut.
Persaingan tas kulit semakin menguat. PT. Velesia mulai melirik alternatif bahan baku lain.
Pada tahun 1994, tas ‘ulatan’ – yang berarti anyaman atau rajutan dalam istilah Bali – mulai diperkenalkan.
Benang nylon dipilih sebagai bahan utama, dengan jaminan support mitra perusahaan dalam negeri  yang hingga kini loyal menyediakan benang untuk PT. Velesia.
Oleh Indonesian Import Inc. selaku mitra importir, tas rajut ini diberi label The Sak.

Tas rajut mendapat sambutan luar biasa di Amerika.  Kemudian diikuti oleh negara-negara Eropa, Jepang dan Australia. PT. Velesia melakukan pembenahan internal sebagai langkah antisipasi. Tim Sample diperkuat, diimbangi dengan percepatan pembentukan sentra-sentra pengrajin baru di berbagai daerah.
Tim kreatif PT. Velesia mengalami masa-masa yang sangat berat kala itu. Seluruh sumber daya dikerahkan dalam proses inventarisasi calon daerah binaan, eksekusi pelatihan, hingga proses pendampingan sampai binaan tersebut mampu berproduksi.
Pada puncaknya, jumlah pengrajin binaan PT. Velesia melewati angka tiga ribu orang. Tersebar mulai pulau Bali,  Jawa Timur dan Jawa Barat.
Seluruh hasil produksi dari kelompok-kelompok binaan tersebut kemudian dikirim ke fasilitas produksi PT. Velesia untuk proses sortir, finishing dan final check. Fasilitas produksi ini awalnya berada di Denpasar-Bali. Kemudian dipindah ke Kuta-Bali pada 1998. Kemudian direlokasi ke Pasuruan-Jawa Timur pada 2007, yang sekarang dikenal dengan “Wisata Tas Rajut Kaboki”.

C.   Proses  Produksi

·         Proses produksi diawali dari hasil karya perajin rumahan , yang selanjutnya dilakukan pengecekan sesuai standar.
·         Tahap kedua dilakuakn pelapisan pada bagian bawah tas dengan bahan khusus
·         Ketiga penyatuan atau pejahitan sehingga hasil rajutan berbentuk tas
·         Keempatp emasangan aksesoris atau detail khusus
·         Dan terakhir pengecekan dan finishing sebelum produk dijual
Pengembangan produksi
Proses ala home industry sudah tak mampu mengimbangi peningkatan volume pekerjaan. PT. Velesia merelokasi fasilitas finishing ke pabrik yang lebih luas di Kuta Bali. Peralatan kerja ditambah dan diperbaharui. Sistem kerja dirubah menjadi sistem line.
Dari sisi produk, berbagai variasi dan terobosan terus dilakukan untuk menjaga dan mengembangkan pasar. Polypropylene diujicoba untuk menggantikan nylon sebagai bahan dasar benang, warna yang semula hanya terbatas pada warna-warna dasar dikembangkan hingga ratusan pilihan warna, kain pelapis bagian dalam tas yang semula standar ditingkatkan ke jenis waterproof.

Disaat yang bersamaan, Indonesian Import Inc. selaku mitra importir melakukan penguatan pasar di luar negeri dengan memperkenalkan label-label baru seperti Lina dan Luxy mendampingi The Sak.
Sementara di dalam negeri, PT. Velesia juga menjalin kerjasama dengan beberapa customer. Antara lain mensupply panel tas untuk PT. Harmoni dan mengerjakan produk tas wanita untuk PT. Sophie Martin Indonesia pada tahun 2009.

Pengalihan

Hingga tahun 2000-an, sangat sulit menemukan tas rajut produk PT. Velesia di dalam negeri. Kalaupun ada, itupun cinderamata dari luar negeri. Hal itu dikarenakan seluruh output produksi pada masa itu merupakan pesanan customer luar negeri. Dan PT. Velesia berkomitmen untuk menjaga kepercayaan tersebut dengan tidak menjual merek mereka di dalam negeri. Sekaligus ikut andil menjaga nama baik produsen Indonesia di mata internasional.
Untuk melayani pasar dalam negeri, PT. Velesia mendaftarkan merek Kaboki ke Departemen Kehakiman dan HAM RI pada tahun 2001. Dan pada April 2002, Merek Kaboki resmi terdaftar atas nama PT. Velesia dengan sertifikat bernomor 504108 .
Namun, mengingat keterbatasan prasarana dan sumber daya yang hampir seluruhnya diserap untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, produksi dan pemasaran Kaboki masih sangat terbatas.
Baru pada Tahun 2007, setelah PT. Velesia merelokasi pabrik dari Bali ke Pasuruan, Kaboki mulai digarap secara khusus. Pabrik baru ini berdiri diatas areal 3.800 m2, meliputi gedung kantor, line produksi dan gudang bahan baku.
Dengan penambahan factory outlet dan fasilitas pendukung, lokasi ini sekarang dibuka untuk umum sebagai  “Wisata Tas Rajut Kaboki”.


D.   Strategi Perusahaan
Dari analisis yang dilakukan pada KABOKI dari hasil Company Visit kesimpulan bahwa strategi yang digunakan oleh perusahaan antara lain :
  • Walaupun sepat beganti merek beberapa kali namun produk yang dimiliki tetap unggul dan berkualitas.
  • Distribusi yang berfokus keluar negri menajdikan KABOKI langsung merajai penjulan tas rajut di mancanegara.
  • Dedikasi yang tinggi untuk hanya menciptakan produk yang bekelas internasional.
  • Inovasi yang terus menerus sesuai kebutuhan pelanggan dan zaman.
  • Selalu merangkul pengrajin rumahan dengan penuh rasa percaya dan dedikasi tinggi.
Meningkatkan strategi-strategi yang dipakai untuk terus meningkatkan kualitas produk dan membangun citra perusahaan yang dapat percaya sehingga dapat menarik sekalikgus memepertahanakan konsumen.












BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Kunjungan Lapangan seperti Company Visit bertujuan agar mahasiswa/mahasiswi mendapatkan pengalaman faktual tentang pelaksanaan proses perkuliahan. Setelah diadakannya kunjungan lapangan ini, mahasiswa/mahasiswi mampu memahami secara langsung bagaimana KABOKI berkembang dan manjadi perusahaan yang berkelas nternasional. Dengan dedikasi tinggi yaitu untuk membawa kerajinan Indonesia ke kancah Internasional sekaligus kepercayaan tinggi kepada para pengrajin tradisional menjadikan KABOKI dapat tetap berjaya melawan era dan memepertahankan konsumennya.









Lampiran





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari "Saboten"

Belajar dari "Saboten" Mendapatkan banyak sekali pelajaran sekaligus Tips dan trik khusus dari salah satu owner Saboten yaitu ibu Siti Hajnia. Usaha yang berawal dari iseng namun menghasilkan ini sudah hampir lebih dari 10 tahun berjalan. Tahun 2006, ketika ibu Nia masih dibangun perkuliahan usaha ini mulai dirintis. Tiga teman yang habi makan ini tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang ada, dengan modal yang alot didapat usaha ini berdiri. "Tahun 2006 saat itu saya masih semester dua seperti kalian, awalnya kita suka banget nongkrong dan mencoba makanan yang baru dan belum pernah. Namun setelah dipikir pikir kok cuman gini aja ya, akhirnya kami punya ide untuk membuat kafe yang menjual masakan Jepang. Pada jaman itu kan memang kafe belum banyak di malang ini tapi mahasiswa nya sudah mulai berdatangan. Selain itu masakan Jepang sendiri kan juga biasanya dikenal dengan harga yang mahal dan terkadang juga kurang pas di lidah orang Indonesia. Dilindungi si...

IDENTITAS

IDENTITAS Tafia Layalia Leksana 165020900111012 Kelas Bussines Creativity A Prodi Kewirausahaan Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya